Ehm, pagi. Ini saya. Siapa saya? Ya, saya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menceriterakan sebuah kisah yang unik nan menarik, sarat hikmah, dan barangkali juga inspiratif bagi sebahagian insan.
Layaknya kisah-kisah pada umumnya, cerita ini juga terjadi pada zaman dahulu kala.
Beginilah kisahnya.
" Alkisah, pada zaman dahulu kala,in the great city of taipei, tersebutlah seorang anak manusia yang sedang makan dengan lahap. Hap, hap. Hap, hap. (Bukan, bukan iklan axis yang nangkep-nangkep bola, tapi itu ceritanya sound effect makan).
Setelah kenyang, ia merasa puas (iya atuh). Setelah mengucap doa syukur kepada Tuhannya, ia mendudukkan dirinya pada sofa yang cukup sial sehingga ia harus menahan beban badan seorang manusia tak beradab.
Yah, mungkin memang sudah takdirnya si sofa.
Tapi kasihan.
Mungkin karena ia telah menyiksa si sofa secara tidak berperi-pancasila-sila-kedua-an, ia mendapat karma dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ia dipanggil.
Bukan dipanggil sama Yang Maha Kuasa; maksudnya ia dipanggil oleh alam, alias MULES.
"Wih perut gua krucuk-krucuk, kenapa nih, perasaan tadi gua udah minum combantrin. Oh ini mah mules biasa deng.", ujar ia dengan imutnya, seraya berjalan ke toilet terdekat.
Sesampainya di toilet, ia duduk di atas TOTO (Bagi yang kurang paham apa itu TOTO, bisa diliat link ini:), lalu ia diam.
Ia diam.
Diam dan merenung, merenungkan jalan yang kan membawaku pergi. Pergi tuk menjauh, menjauh darimu.
Darimu yang mulai berhenti, berhenti mencoba, mencoba bertahan, bertahan untuk terus bersamaku
Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Setelah puas diam, dia mulai melakukan 'usaha'.
"HMPPPPPPPPPPPPPP" erangnya seraya berusaha untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dari dalam tubuhnya dalam bentuk feces. (bagi yang gk ngerti atau yang taun depan masuk ips, dia lagi boker gitu maksudnya)
Lalu terdengarlah simfoni indah yang bisa menggetarkan hati yang mendengarnya,"Plung. Plung. Plung."
"Ahh, lega." ujarnya dengan perasaan lega dan bahagia, yang bahagianya kira-kira sama jikalau Anda menikahi Julia Perez dan Dewi Perssik dan Nikita Mirzani dalam waktu yang bersamaan.
"Uh, tapi masih mules." Benar saja, tepat setelah ia mengucapkan kalimat itu, kloter kedua pembuangan sisa-sisa metabolisme dari dalam tubuhnya dalam bentuk feces dimulai. (bagi yg masih gk ngerti lagi, dia tuh masih boker lagi udah ini)
Tiba-tiba terjadilah getaran yang amat keras yang mengguncang tubuh si manusia itu. Saking kerasnya, membuat si anak manusia itu terkesiap luar biasa.
"ANJRUT, APAAN TUH!", paniknya.
Ia tidak berlebihan. Ternyata, tidak lain tidak bukan, ketika itu tengah terjadi gempa. Dan reaksinya sepadan, sebab ketika gempa terjadi ia belum selesai membuang sisa metabolisme dalam tubuhnya dalam bentuk feces (klo msh gangerti keterlaluan, itu maksudnya pas gempa terjadi proses bokernya belom kelar(kelar ya, bukan selesai, soalnya kasian beler))
Detik Pertama: Goncangan dimulai, gue baru sadar
"Anjrit, mampus mampus" ujar gue dalam hati. "Harus apa ini gue? Selesaikan boker dulu tapi mati, atau bertahan hidup tapi resiko *CENSORED* berceceran kemana-mana?"
Detik Ketiga
"Bego mampus gua makin keras gempanya!"
Detik Keempat
*mulai mikir buat pasrah aja*
Detik Kelima
*Teringat sama ultramen yang pantang menyerah, bahkan ketika dia sudah hampir kalah sama musuhnya dia masih berjuang dengan sepenuh jiwa raga untuk memberantas kejahatan, dan dia juga ga mau memasrahkan dirinya buat mati. Apalagi kalau matinya mati konyol di WC dengan keadaan lagi buang hajat* "Oke! Gua ga bisa kaya gini. Gua harus lari! gua masih pengen kawin! apalagi kawin 2 kali! Gua ga mau tetep bertahan disini, jangan sampai besok headline koran kompas,'SEORANG WARGA TAMPAN TEWAS DI ATAS TOTO DENGAN KONDISI MENGENASKAN DAN FECES BERCECERAN' "
Detik Keenam: Masih gempa
*sempet-sempetnya ngambil sabun buat cebok (konon itu cebok paling cepet yang pernah gue lakukan sepanjang hidup, cuma 2-3 detikan)*
Detik Kesembilan
*nyamber handuk dari cantolan, kemudian lari dalam tempo yang sesingkat-singkatnya ke luar*
Detik Keduabelas
*nyampe pintu rumah* "YEAH GUA SELAMAT! ALLAH EMANG MAHA PEMURAH"
Detik Keduabelaskomalima
Gempa berhenti.
Semua keluarga gue selamat.
Kaga ada bangunan yang runtuh. Sama sekali.
Gua masih pake handuk.
Handuk doang. Beneran handuk doang.
Dan yang paling penting: gua make handuk doang pas belum bersih ceboknya.
Anjrit.
Anjrit.
Anjrit.
TERUS BUAT APA GUA PANIK-PANIK KALAU PAS KELUAR GEMPANYA MALAH BERHENTI??
---
Dengan langkah gontai, akhirnya ia kembali lagi ke TOTO untuk menyelesaikan apa yang diinterupsi oleh gempa.
Untungnya, kala itu tidak terjadi gempa susulan, jadi ia tidak lagi tergopoh-gopoh keluar WC dengan handuk selembar di badan.
Setelah usai semua prosesi pembuangan sisa-sisa metabolisme dalam tubuh yang berbentuk feces, ia keluar dari WC.
Dengan perasaan kekurangan yodium. Alias gondok.
Banget. "
Begitulah kisah renungan pada pagi hari yang cerah ini, mudah-mudahan kita semua bisa mengambil pelajaran atas kecerdikan-kecerdikan si tokoh utama pada ceritera tersebut.
Dan mudah-mudahan Anda bisa mendapatkan inspirasi atau ilham yang saya sebutkan pada pembukaan artikel ini di atas.
Sekian, terima kasih atas kesediaan Anda untuk meluangkan waktu dalam membaca tulisan ini.
Salam,
ARGA PUTRA PANATAGAMA
☺☺☺
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menceriterakan sebuah kisah yang unik nan menarik, sarat hikmah, dan barangkali juga inspiratif bagi sebahagian insan.
Layaknya kisah-kisah pada umumnya, cerita ini juga terjadi pada zaman dahulu kala.
Beginilah kisahnya.
" Alkisah, pada zaman dahulu kala,
Setelah kenyang, ia merasa puas (iya atuh). Setelah mengucap doa syukur kepada Tuhannya, ia mendudukkan dirinya pada sofa yang cukup sial sehingga ia harus menahan beban badan seorang manusia tak beradab.
Yah, mungkin memang sudah takdirnya si sofa.
Tapi kasihan.
Mungkin karena ia telah menyiksa si sofa secara tidak berperi-pancasila-sila-kedua-an, ia mendapat karma dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ia dipanggil.
Bukan dipanggil sama Yang Maha Kuasa; maksudnya ia dipanggil oleh alam, alias MULES.
"Wih perut gua krucuk-krucuk, kenapa nih, perasaan tadi gua udah minum combantrin. Oh ini mah mules biasa deng.", ujar ia dengan imutnya, seraya berjalan ke toilet terdekat.
Sesampainya di toilet, ia duduk di atas TOTO (Bagi yang kurang paham apa itu TOTO, bisa diliat link ini:), lalu ia diam.
Ia diam.
Diam dan merenung, merenungkan jalan yang kan membawaku pergi. Pergi tuk menjauh, menjauh darimu.
Darimu yang mulai berhenti, berhenti mencoba, mencoba bertahan, bertahan untuk terus bersamaku
Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Setelah puas diam, dia mulai melakukan 'usaha'.
"HMPPPPPPPPPPPPPP" erangnya seraya berusaha untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dari dalam tubuhnya dalam bentuk feces. (bagi yang gk ngerti atau yang taun depan masuk ips, dia lagi boker gitu maksudnya)
Lalu terdengarlah simfoni indah yang bisa menggetarkan hati yang mendengarnya,"Plung. Plung. Plung."
"Ahh, lega." ujarnya dengan perasaan lega dan bahagia, yang bahagianya kira-kira sama jikalau Anda menikahi Julia Perez dan Dewi Perssik dan Nikita Mirzani dalam waktu yang bersamaan.
"Uh, tapi masih mules." Benar saja, tepat setelah ia mengucapkan kalimat itu, kloter kedua pembuangan sisa-sisa metabolisme dari dalam tubuhnya dalam bentuk feces dimulai. (bagi yg masih gk ngerti lagi, dia tuh masih boker lagi udah ini)
Tiba-tiba terjadilah getaran yang amat keras yang mengguncang tubuh si manusia itu. Saking kerasnya, membuat si anak manusia itu terkesiap luar biasa.
"ANJRUT, APAAN TUH!", paniknya.
Ia tidak berlebihan. Ternyata, tidak lain tidak bukan, ketika itu tengah terjadi gempa. Dan reaksinya sepadan, sebab ketika gempa terjadi ia belum selesai membuang sisa metabolisme dalam tubuhnya dalam bentuk feces (klo msh gangerti keterlaluan, itu maksudnya pas gempa terjadi proses bokernya belom kelar(kelar ya, bukan selesai, soalnya kasian beler))
Detik Pertama: Goncangan dimulai, gue baru sadar
"Anjrit, mampus mampus" ujar gue dalam hati. "Harus apa ini gue? Selesaikan boker dulu tapi mati, atau bertahan hidup tapi resiko *CENSORED* berceceran kemana-mana?"
Detik Ketiga
"Bego mampus gua makin keras gempanya!"
Detik Keempat
*mulai mikir buat pasrah aja*
Detik Kelima
*Teringat sama ultramen yang pantang menyerah, bahkan ketika dia sudah hampir kalah sama musuhnya dia masih berjuang dengan sepenuh jiwa raga untuk memberantas kejahatan, dan dia juga ga mau memasrahkan dirinya buat mati. Apalagi kalau matinya mati konyol di WC dengan keadaan lagi buang hajat* "Oke! Gua ga bisa kaya gini. Gua harus lari! gua masih pengen kawin! apalagi kawin 2 kali! Gua ga mau tetep bertahan disini, jangan sampai besok headline koran kompas,'SEORANG WARGA TAMPAN TEWAS DI ATAS TOTO DENGAN KONDISI MENGENASKAN DAN FECES BERCECERAN' "
Detik Keenam: Masih gempa
*sempet-sempetnya ngambil sabun buat cebok (konon itu cebok paling cepet yang pernah gue lakukan sepanjang hidup, cuma 2-3 detikan)*
Detik Kesembilan
*nyamber handuk dari cantolan, kemudian lari dalam tempo yang sesingkat-singkatnya ke luar*
Detik Keduabelas
*nyampe pintu rumah* "YEAH GUA SELAMAT! ALLAH EMANG MAHA PEMURAH"
Detik Keduabelaskomalima
Gempa berhenti.
Semua keluarga gue selamat.
Kaga ada bangunan yang runtuh. Sama sekali.
Gua masih pake handuk.
Handuk doang. Beneran handuk doang.
Dan yang paling penting: gua make handuk doang pas belum bersih ceboknya.
Anjrit.
Anjrit.
Anjrit.
TERUS BUAT APA GUA PANIK-PANIK KALAU PAS KELUAR GEMPANYA MALAH BERHENTI??
---
Dengan langkah gontai, akhirnya ia kembali lagi ke TOTO untuk menyelesaikan apa yang diinterupsi oleh gempa.
Untungnya, kala itu tidak terjadi gempa susulan, jadi ia tidak lagi tergopoh-gopoh keluar WC dengan handuk selembar di badan.
Setelah usai semua prosesi pembuangan sisa-sisa metabolisme dalam tubuh yang berbentuk feces, ia keluar dari WC.
Dengan perasaan kekurangan yodium. Alias gondok.
Banget. "
Begitulah kisah renungan pada pagi hari yang cerah ini, mudah-mudahan kita semua bisa mengambil pelajaran atas kecerdikan-kecerdikan si tokoh utama pada ceritera tersebut.
Dan mudah-mudahan Anda bisa mendapatkan inspirasi atau ilham yang saya sebutkan pada pembukaan artikel ini di atas.
Sekian, terima kasih atas kesediaan Anda untuk meluangkan waktu dalam membaca tulisan ini.
Salam,
ARGA PUTRA PANATAGAMA
☺☺☺
Tidak ada komentar:
Posting Komentar